Sabtu, 10 Mei 2014

Kisah Nyata di balik lagu oppa gang nam style

SECEBIS CERITA DUKA DARI GANGNAM. Malam tadi setelah keluar dari masjid seusai selesai solat Isyak di masjid dekat dengan rumah, saya berjalan kaki seorang diri pergi ke sebuah kedai makan untuk makan malam. Pengunjung di kedai makan yang saya tuju itu agak ramai dan boleh dikatakan hampir kebanyakan meja di kedai tersebut sudah penuh.
Saya memilih untuk duduk di salah sebuah meja di bagian paling ujung seorang diri yang ketika itu tiada orang di meja tersebut. Tak lama pelayan datang saya pun memesan makanan yang saya mau. Selepas beberapa saat ketika pelayan tersebut pergi datanglah pula seorang gadis muda berkulit cerah berjubah dan bertudung hitam gaya wanita Arab ke meja saya seraya bertanya,
“Tuan, boleh saya duduk di sini..? anda lihat, tempat-tempat di meja lain semua sudah penuh..”
“Oh, ok.. tak mengapa. Silakan duduk..” jawab saya agak terkejut dengan sapaan gadis itu. Percakapan kami dalam bahasa Inggris.
Kemudian pelayan datang kepadanya dan dia hanya memesan ‘fresh orange’ untuk minuman. Tak lama setalah pelayan pergi saya memberanikan diri bertanya kepadanya dengan rasa aneh, “Kamu seorang diri saja? Dan kamu kelihatan bukan orang Malaysia, bukan?”
Dia mengangkat wajahnya dari telepon pintarnya ke arah saya lalu menjawab dengan tersenyum, “Oh saya dari Korea Selatan, dan saya ingin ke rumah seorang kawan..”
“Oh Korea Selatan.. sekarang negara itu sedang ‘famous’ dengan tarian Gangnam Style..” jawab saya spontan saja sambil tersenyum dan menganguk-angguk sendirian tatkala mata gadis itu kembali ke telepon pintarnya sambil menggerak-gerakkan jarinya di atas layar sentuh dan kadang dia juga tersenyum sendiri melayani perakapan dari telefon pintarnya.
“Gangnam Style..? Apa yang kamu tahu tentangnya..? ia tarian yang dilaknat Tuhan. Saya menganggapnya di ilhamkan oleh Iblis kepada artis itu.” jawabnya dengan nada yang tegas dan berani.
“Oh ok ok, minta maaf.. saya tak bermaksud menyinggung perasaan kamu..” jawab saya serta-merta.
Percakapan terhenti beberapa saat. Selepas kira-kira 15-20 menit pelayan kembali datang dengan membawa pesanan saya dan minuman gadis itu.
“Kamu mau tahu apa yang saya tahu tentang Gangnam?” tanya gadis kembali itu kepada saya.
“Jika kamu berminat untuk bercerita kepada saya, saya akan mendengarnya…” jawab saya dengan tenang sambil mula menghirup jus tembikai susu yang saya pesan.
“Ok sebentar beberapa menit, setelah saya membalas mesej-mesej ini..” jawabnya sambil jari-jemarinya ligat bermain di dada skrin telepon pintarnya.
Saya hanya mengangguk-angguk sambil mengangkat kening dan kembali menyuap makanan dengan sendok ke dalam mulut walaupun saya sedar bahwa memakan dengan menggunakan tangan itu lebih menepati Sunnah Rasulullah SAW.
“Baik, sekarang saya akan bercerita tentangnya.. ia sesuatu yang menarik tetapi aneh dan menakutkan.” kata gadis itu kembali.
“Ok, seakan-akan ada satu perkara besar yang kamu ingin sampaikan kepada saya.” jawab saya kembali sambil mulut mengunyah nasi.
Kemudian dia diam kira-kira beberapa saat, mengambil nafas lalu memulai ceritanya kepada saya,
“Di Gangnam ada satu pertandingan aneh yang diadakan untuk gadis-gadis muda untuk menjadi perempuan-perempuan simpanan bagi orang-orang kaya dan para jutawan. Kebanyakan gadis muda yang menyertai pertandingan tersebut adalah mereka yang ingin mencoba nasib setelah gagal mendapat tempat dalam pekerjaan atau terlalu teruja untuk menikmati hidup mewah bersama orang-orang kaya… mereka dijanjikan dengan hadiah yang sangat lumayan, kereta mewah, jet peribadi dan rumah besar seperti istana dengan kolam renang jika memenangi pertandingan tersebut.”
Kemudian dia diam lagi… kali ini dia pula meminum minuman ‘fresh orange’.. dia diam dengan agak lama tanpa berkata apa-apa.
“Ok, kemudian..?” tukas saya lagi ingin tahu.
“Oh, ia sesuatu yang amat dahsyat dan keji dan saya hampir tidak mau menceritakannya kepada kamu. Tapi saya akan coba ceritakannya juga agar kamu dapat tahu apa kisah benar yang berlaku..” sambungnya lagi.
“Iya, sila sambung lagi… saya memang ingin tahu tentangnya.” balas saya lagi.
“Ok… Pertandingan itu, untuk sampai ke tempat pertandingan tersebut, para peserta yang terdiri dari perempuan-perempuan muda yang cantik masing-masing dikehendaki menunggung seekor kuda kira-kira 500 meter dari tempat para peserta berkumpul ke tempat pertandingan yang merupakan sebuah istana besar dan mewah milik seorang jutawan di Gangnam. Kamu bayangkan, mereka semuanya menunggang kuda dengan memakai sepatu hak tinggi, baju jarang dan skirt singkat (pakaian bagian dada terbuka) yang seksi sambil diiringi pihak pengawal pertandingan dengan helikopter..”
“Setelah sampai di sana mereka disambut oleh pihak pengawal di istana itu dan dibagikan kepada dua kumpulan. Setiap kumpulan akan melalui dua laluan yang berbeda. Pertandingannya ialah laluan berhalangan untuk sampai ke destinasi yang terakhir. Ia seperti pertandingan dalam rancangan ‘Wipe Out’ di dalam TV jika kamu pernah melihatnya. Setelah sampai di destinasi terakhir pula, para peserta yang berjaya dari dua kumpulan itu akan bertarung pula sesama sendiri. Jika pihak lawan tewas maka peserta yang masih bertahan akan dianggap sebagai pemenang dan mendapat uang bernilai jutaan USD. Laluan berhalangan itu sangat berbahaya, namun para peserta hanya melakukannya dengan memakai sepatu hak tinggi dan pakaian seksi mereka sambil disaksikan dan disorak oleh para jutawan yang melihat aksi-aksi mereka tersebut dari sebuah ruang balkoni bilik mewah di istana tersebut. Saya tidak pasti itu dirakam atau tidak.”
Terus-terang, ini adalah pertandingan bunuh diri yang paling gila…”
“Ok, kemudian.. apa yang terjadi?” tanya saya mencelah dengan rasa ingin tau.
“Satu ketika di salah satu trek, para peserta dikehendaki memanjat palang-palang besi untuk melintasi salah sebuah menara di istana tersebut, palang tersebut sangat tinggi dan di bawahnya ada kolam renang. Di satu sudut yang lain, para jutawan pula menyaksikan aksi-aksi peserta dari dalam sebuah bilik mewah sambil menikmati hidangan dan minuman arak yang mahal bersama gadis-gadis mereka.”
“Banyak perserta ketika itu yang terjatuh ke bawah ketika coba memanjat palang-palang besi tersebut. Ada yang terhempas ke lantai dan kepalanya pecah. Ada yang patah tangan dan kaki. Ada yang pecah badannya. Kolam renang tersebut penuh dengan darah dan ada yang mati lemas ketika jatuh ke dalamnya setelah gagal untuk berenang keluar dari kolam renang yang dalam tersebut. Mereka semua para gadis yang tidak berupaya dan mereka sangat kasihan.”
“Yang lebih keji dari itu, mereka yang celaka ketika itu tidak dibantu.. malah dibiarkan saja untuk disorak dan ditertawakan oleh para jutawan yang melihat mereka sepanjang pertandingan. Akhirnya apa yang saya tahu, hanya dua orang gadis saja yang berjaya melalui laluan itu dari keseluruhan 30 orang gadis yang menyertainya… saya dikabarkan walaupun dua gadis itu akhirnya berjaya, mereka kini hidup dengan trauma dan penuh ketakutan di sisi para jutawan gila tersebut. Mereka kini hidup seperti hamba di dalam istana zaman purba. Tiada tamadun (beradab) dan tiada akhlak… hanya menjadi hamba suruhan lelaki-lelaki kaya yang merantai hidup mereka saja. Lebih malang lagi gadis-gadis yang sudah terjerumus ke sana tidak boleh lari dari golongan kaya gila itu. Jika coba untuk lari kemungkinan mereka akan dibunuh.”
Sampai di sini tiba-tiba gadis itu terisak… wajahnya berubah dan air matanya serta-merta mengalir laju dan menangis teresak-esak.
Saya sudah tentu sangat terkejut dengan perubahannya secara tiba-tiba itu, dan coba memujuknya,
“Hey, please don’t cry here… people will look to us. Please calm down. I’m sorry so much to make you telling me this story…” kata saya kepadanya perlahan dengan suara berbisik.
Namun saya membiarkannya dengan keadaannya itu untuk beberapa saat. Kemudian saya berkata kepadanya, “Saya tak tahu apa sebenarnya yang membuat kamu menangis, tapi saya minta maaf banyak-banyak kerana disebabkan saya kamu menangis. Sebenarnya saya sangat terkejut mendengar cerita kamu. Ini sesuatu yang sangat dahsyat yang belum pernah saya mendengarnya sebelum ini..”
Ia ok… ia ok… ia ok… (sambil mengesat air matanya dengan sapu tangan miliknya)… maafkan saya kerana tiba-tiba bersikap aneh tadi. Kamu tahu, salah seorang gadis yang mati kerana pecah badannya ketika jatuh di pinggir lantai kolam renang itu ialah adik perempuan saya sendiri… Ibu saya bunuh diri kerananya dan bapa saya menjadi gila. Setelah ibu saya bunuh diri bapa saya sakit selama berbulan-bulan lalu akhirnya meninggal dunia.”
Pada waktu ini dia kembali diam beberapa menit… saya pula tergumam dan tidak terkata apa-apa… setelah itu dia menarik nafasnya dalam-dalam lalu menyambung kembali kisahnya,
“Ibu-bapa saya hanya memiliki dua orang anak perempuan dan adik saya sudah menjadi mangsa nafsu gila orang-orang kaya Korea.”
“Sejurus selepas tamat pertandingan tersebut, saya dihubungi seorang wanita yang memberitahu bahwa adik saya telah pengsan dan cedera parah kerana kemalangan dan saya diharuskan ke hospital untuk melihatnya. Wanita itu menyatakan dia mendapat nomor telepon saya dari adik saya. Setelah saya dan ibu-bapa saya tiba ke hospital, kami dikabarkan adik saya telah meninggal dunia. Saya memarahi wanita tersebut dan mendesaknya bertubi-tubi untuk menceritakan kisah sebenar kepada saya… dan akhirnya selepas beberapa hari dia menceritakan keseluruhan kisah ini kepada saya. Setelah tahu kisah sebenarnya, kami sekeluarga menangis macam orang gila kerana tidak pernah menyangka adik saya sanggup mengikuti pertandingan gila tersebut hanya untuk hidup mewah sebagai gadis simpanan orang-orang kaya. Namun wanita itu berkata ia adalah pilihan adik saya sendiri.”
“Beberapa minggu kemudian ibu saya bunuh diri satu malam dengan menelan aspirin sebanyak 200 biji. Keesokan harinya ibu saya koma dan setelah saya dan bapa menghantarnya ke hospital, pada malam harinya dia meninggal dunia. Bapa saya pula selepas itu sakit jiwa sebelum mengalami sakit tenat (sangat lelah) yang membawanya meninggal dunia. Saya pula hidup tidak menentu dan mujurlah masih mempunyai seorang sahabat wanita beragama Islam yang terus berjuang agar saya dapat meneruskan kehidupan dengan tabah. Berulang-ulang kali dia mengingatkan kepada saya bahwa kehidupan ini adalah anugerah Tuhan dan orang yang beriman tidak akan berputus asa.”
“Dan kerana itu saya melihat kamu kini sebagai seorang Muslimah..?” saya mencelah ceritanya.
“Alhamdulillah, terima kasih kepada Tuhan. Sahabat saya itu telah membawa saya berjumpa dengan seorang imam di kota Seoul untuk memulihkan semangat hidup saya. Imam itu mula bercerita kepada saya tentang Allah, Islam dan Nabi Muhammad. Saya menerima segala ajarannya dengan lapang hati seakan-akan ia satu-satunya pilihan yang ada. Benar, Islam adalah satu cahaya yang sangat terang seperti matahari dan mendamaikan seperti bulan purnama yang kembali menyuluh seluruh hidup saya dan saya terus berubah kepada agama ini tanpa ragu-ragu. Dan kamu tahu tak, jiwa saya berasa sangat-sangat tenang dan damai ketika mendengar ayat-ayat Al-Quran yang berkumandang di ibu pejabat markaz Islam di kota Seoul. Imam itu salah seorang ahli pengurusnya. Saya tidak pernah mendengar musik-musik yang sangat indah seperti ayat-ayat Al-Quran sebelum ini dalam hidup saya.”
Kini suara gadis itu kembali gagah seraya berkata, “Alhamdulillah, saya bersyukur kerana diselamatkan Tuhan dan kembali dihidupkan semula sebagai seorang Islam setelah saya kehilangan segala-galanya akibat kekeringan jiwa masyarakat dunia terutama masyarakat Korea yang hidup sesat tanpa agama. Mereka semua telah sesat tanpa panduan hidup yang benar daripada Tuhan.”
Setelah itu dia diam dan meminum minumannya…
“Kisah kamu amat menarik tetapi menakutkan. Adakah kamu sudah mengambil tindakan undang-undang bagi pihak adik kamu, atau melaporkannya kepada media atau berbuat sesuatu?” ujar saya kembali kepadanya.
“Lupakan sajalah, saya sudah melaporkannya kepada pihak polisi, sudah menceritakannya kepada beberapa orang wartawan dan melaporkannya secara bersumpah kepada beberapa orang peguam (pengacara; advokat). Pihak polisi enggan melakukan pendakwaan kerana tiada bukti-bukti yang kukuh mengenainya. Tiada video dan tiada saksi-saksi lain yang mau tampil kepada pihak berkuasa selain saya. Mungkin ada namun ia tidak memadai.
Wanita yang membawa adik saya ke hospital itu juga sudah menghilangkan diri. Saya coba menghubungi nomor telefon selulernya berali-kali namun dia tidak dapat dihubungi. Kali terakhir saya mendengar tentangnya melalui seorang peguam (pengacara; advokat) yang mendapat kabarnya dari seorang detektif polisi ialah dia sudah meninggal dunia akibat kecelakaan. Para peguam lain dan wartawan yang saya ceritakan kisah ini kepada mereka kesemuanya telah diancam untuk tidak membukanya kepada umum. Mungkin begitu juga yang terjadi kepada korban-korban yang lain. Laporan polisi di sana pula menyatakan gadis-gadis yang meninggal dunia akibat cedera parah itu adalah kerana rabung palang-palang besi di istana itu roboh ke bawah ketika mereka semua sedang berada di atasnya kerana ketika pihak polisi sampai di sana palang-palang besi itu sudah dirobohkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar